Blogroll

Rabu, 26 Maret 2014

RANTAI RANTAI ITU BERNAMA UKHUWAH

Tersebab kata ukhuwah itu lalu menjadikan umar  tsiqoh dengan abu bakar ketika pembagian zakat kala itu. Sebab kata ukhuwah itu pula kaum muhajirin dan anshor bisa bersatu, kala menyambut kedatangan nabi dengan alunan rebana yang luar biasa, mendendangkan sholawat atas baginda nabi. Sebab kata ukhuwah itu pula berbagai gerakan muslimin diseluruh dunia ini mengutuk kudeta militer atas mursi. Menggerakan kaki saudara saudara kita di indonesia untuk turut aksi ke jalan sebagai bentuk solidaritas kepada sesama muslim atas pembantaian massal di mesir kala itu, kepada palestina yang sampai sekarang belum surut dari kekejaman zionis Israel. Sesungguhnya yang menyatukan mereka bukan karena kepentingan duniawi, tetapi sungguh hati hati mereka telah bersatu dibawah kalimat “Laa Illaahaillallah Muhammadurrasulullah”.
                Ukhuwah itu menumbuhkan kita akan makna kebersamaan. Kita di ajarkan saling berbagi dan memberi dari kata ini. Diajarkan saling mencintai kepada saudara kita satu sama lain. Ukhuwah tak mengenal jabatan. Karna jabatan berbeda dengan karya. Jabatan hanyalah kedudukan duniawi saja. Yang sebentar saja akan hilang tak akan pernah dibawa mati. Yang membedakan hanya kualitas amal dan kinerja dalam jabatan itu. Ya, ukhuwah itu menjabat tangankan sesama muslim dimanapun, apapun warna kulitmu, apapun bentuk mata dan hidungmu, kita akan tetap bersatu dalam bingkai ukhuwah. Soliditas yang dibangun dari hati hati yang mulai bertumbuh. Yang mulai bertransformasi menuju kemenangan.
Ialah para pemuda itu, yang aku lihat kemarin di ruang cine club, berkumpul dari berbagai jurusan dan prodi, kemudian bersatu berpikir bersama untuk rencana kedepan. Mempersiapkan bekal apa saja yang akan dibawa di kapal ini. Mulai dari kemudi, bahan bakar, bahkan bahan makanan . Para pemuda pemudi yang memesona, semangatnya membara bak pasukan Muhammad al-fatih taklukan konstantinopel. Dengan pekikan suara takbir yang menggetarkan musuh di dalam tembok konstantinopel, maka 40 hari itu ditulis dalam sejarah islam, bahwa pemimpin dan pasukan terbaik telah muncul di tahun 1453 masehi. Bahwa tembok seram itu telah tembus peluru pasukan al-fatih lewat strategi yang tak disangka sangka melewati bukit 60 meter. Maka marilah bersama bergandengan tangan untuk perbaiki kualitas diri kedepan, untuk kerja amal kita ke depan. Sebab  ukhuwah itu yang akan menjaga kita selamanya. Sampai kemenangan sebenarnya kita dapatkan.
                Bicara pemuda tentu bicara kinerja. Kita masih hijau, berbeda dengan kaum tua. Yang sudah mulai menguning. Yang sudah matang, sebentar lagi membusuk. Muda berarti belajar berpengalaman, berani menegaskan hitam dan putih. Identik dengan kebersamaan dalam keprihatinan. Kadang kita susah bersatu jika kita merasa orang berpunya, bangga dengan kekayaan orang tua kita. Nyaman sendiri, di rumah sendiri. Bermain apa yang dengan mudah kita dapatkan. Kadang sikap egois kita sering muncul, maka teori sosial budaya sedikit demi sedikit telah terkikis dari daya berpikir kita, akibatnya semangat berkobar yang harusnya ada dalam diri kita menjadi padam karena sikap buruk sederhana ini. Egoistis yang membudakkan. Para pemuda adalah para pencari kebenaran, untuk masa depannya. Akibatnya sering bergejolak. Karena mencari titik temu antara kebenaran dan kebatilan. Maka belajarlah dalam agama, untuk mencari jalan yang lurus. Terapkan dan aplikasikan dalam hidup kita, insyaAllah masa depan kita cerah, secerah mentari pagi.
                Pemuda itu telah ada dalam rangka memperjuangkan kalimatNya. Menyeru dalam kebaikan. Sebagaimana termaktub dalam Qur’an, hendaknya ada segolongan kaum yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari keburukan. Maka konteks aktivis dakwah kampus yang paling tepat aku tujukan kepada kalian wahai ikhwah fillah. Pemuda pemudi yang berhimpun yang siap menggunakan potensi potensinya untuk menyalakan cahaya di sudut sudut kegelapan kampusnya. Tidak ada manusia yang sempurna didunia ini, yang ada hanyalah orang yang berusaha menyempurnakan dirinya. kita bukan oranguci yang turun dari langit. Bukan ulama atau ustad yang berdiri di mimbar mimbar, tapi kita adalah orang yang siap memperbaiki diri menjadi baik. Seperti lagu tekad yang kemarin di putar di raker kita. “bersama sama kita saling bergandengan tangan, mari tunaikan panggilan illahi”. Ya mari sambut kemenangan dengan berkawan mencintai saudara kita satu sama lain, bahwa dengan kebersamaan inilah cinta akan mudah ditumbuhkan. Bersabar dalam kebersamaan itu menyejukkan, belajarlah untuk bersabar. sebab berjalan bersama itu lebih lambat dari pada berjalan sendirian. Tetapi yang dituju kita kemenanggan, maka setiap saat gunakanlah kalimat ‘sedang menuju’ bukan telah sampai. Ini yang disebut beriman perlu keistiqomahan. Istiqomah perlu kawan untuk saling mengingatkan, maka lihatlah saudaramu disini sedang dalam rangka beristiqomah di jalanNya.
                Ukhuwah itu menguatkan. Mempersaudarakan dalam ikatan cinta-Nya. Ukhuwah juga mengajari kita untuk berbagi. Memulai memang sulit, kita lebih mudah menunggu ada yang memulai. Kadang pula kita lebih senang di beri dari pada memberi. Memberi itu sedekah, berarti menabung harta kita untuk masa depan kita. Karena orang yang bersedekah telah diberi janji oleh Allah akan dilipatgandakan hartanya. Bersabarlah belajar agama disini, jangan cepat keluar dari lingkaran persaudaraan ini. Jika kita tak sabar dalam belajar, maka kita harus bersiap untuk bersabar dalam kebodohan.  Sedangkan siapa yang tak sabar dalam bersaudara, harus siap bersabar dalam kesendirian. Ya, lingkaran ini akan kita buat lebih besar kedepannya, maka jika ada rantai yang paling lemah diantara kita, kuatkanlah ia. Gandeng lagi tangannya untuk bersama tetap berada dalam lingkaran cintanya. Jika ada yang akan memutuskan rantai ini dari dalam, maka berilah kabar bahwa rantai ini takkan pernah bisa di putuskan dari dalam ataupun luar, sebab Allah langsunglah yang menjaga rantai ini. Insya Allah
“Yaa Muqollibal qulub tsabit qolbi ‘alad dinika wa ‘ala tho’atika”. “Wahai Zat yang membolak balikan hati, tetapkanlah hatiku atas agama-Mu dan atas ketaatan kepada-Mu”

Yogyakarta, 24 maret 2014


               


0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More